Selasa, 24 Desember 2013

Selamat Natal, ma. 
Natal tahun ini saya tidak pulang


Jingle bells
Jingle bells
Jingle all the way


sekarang kalo kita jalan ke pusat perbelanjaan ato liat acara di tv, lagu itu pasti sering diputar. yap, December is coming dan bulan desember selalu identik dengan natal.

Pada sebuah malam menjelang Natal. Waktu tepat menunjukkan pukul 00.47 tanggal 24 Desember 2013. Jadi gini, biasanya, kalau  udah masuk dalam suasana natal mayoritas orang memang senang, bersukacita. Tapi nggak sedikit juga yang justru merasa sangat sedih mendekati puncak perayaan Natal. Musim Natal yang menekankan kebahagiaan dan kegembiraan acap kali membuat orang-orang yang sedang mengalami kekecewaan merasa lebih sedih. Orang-orang yang sedih saat Natal ini kebanyakan orang yang kesepian, merasa sendiri karena jauh dari kehangatan keluarga. Bisa jadi karena pas merantau dan nggak bisa kumpul dengan keluarga besar untuk merayakan Natal, bisa jadi juga karena kehilangan orang-orang terkasih, seperti saya contohnya.
Well, keluarga saya memang bukan keluarga sempurna. Tapi malam Natal ini, saya sungguh merindukan mama, papa, dan juga adik saya. Saya iri, melihat semua orang datang ke Gereja dengan formasi keluarga lengkap. Saya? sendirian….dan sungguh merasa terasing di tengah dunia yang fana ini (halah!)
Saya rindu menghias pohon natal dengan mama.
Saya rindu bantu mama mengaduk adonan kue, atau sekedar membantu mencetaknya sebelum ditaro di oven biar bisa jadi pertama yang mencicipi. Juga rindu menggerutu karena disuruh nyapu dan membersihkan kaca jendela.
Kerinduan akan masa lalu itu yang seringkali membuat natal abu-abu semakin kelabu. Rasanya sakit sekali melihat keluarga lain asyik membuat foto keluarga. Saya mendapatkan rasa sepi itu. Rasa sepi namun penuh dengan sukacita pengharapan. Saya hanya bisa berharap tahun depan saya akan pulang untuk merayakan natal bersama mereka.
Sebut saja nama saya Mince Prisciila. Kedua orang tua saya memberi nama itu karena saya lahir di bulan mei.
Di situlah sukacita keluarga saya bertambah 18 tahun yang lalu. Papaku meninggal tanggal 16 oktober 2013, sekarang mama saya tinggal bersama adik sepupu dirumah. Saya mempunyai 2 orang adik bernama Roinaldo & David. Roi sudah lebih dulu meninggalkan kami karena dia tersiram air mendidih di dapur, saat saya masih duduk di bangku TK. Sekarang David duduk di bangku SMA ELIM Makassar. Dan saya kuliah di STIE MALANGKUCECWARA Malang.
Di Malang saya menjalani hubungan dengan pria bernama Yulius Nugroho. Kami pacaran baru 2 bulan lebih. Tadi sore dia pulang kerumahnya untuk merayakan malam natal bersama keluarganya. Dan sekarang saya sendirian di kost.
Jam 19.30 saya bersama teman-teman kost pergi ke gereja untuk merayakan Misa Natal. Misa Natal berjalan dengan khidmat. Dalam jiwaku bergejolak sebuah penyesalan yang dalam, sementara itu aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Hanya penyesalan dan sukacita yang ada dalam jiwaku. Begitu pulang dari Gereja, sudah bisa ditebak. Masuk kamar, kunci pintu, meluk bantal dan nangis.
Karena tuntutan pendidikan yang maksa saya tidak bisa pulang ke rumah waktu natal. Agak sedih juga apalagi kalo dengar cerita teman-teman yg bisa pulang ke rumah waktu natal dan bisa ngumpul bersama keluarga mereka. Dan terus terang, ini jadi tahun PERTAMA saya menjalani Natal abu-abu, merasakan natal tidak bersama sama keluarga di rumah.

saat natal tahun kemarin saya merasakan betapa berharganya bisa meluangkan waktu bersama keluarga walau itu cuman sekedar makan bersama di meja makan. Dulu waktu masih SMA saya paling malas kalo disuruh pulang ke rumah buat makan bersama dan saya lebih milih buat makan di luar bersama teman-teman atau makan sendirian di depan tv. Ya, kita tidak akan tau betapa berharganya suatu hal sampai kita kehilangan hal itu.
Dan untuk tahun ini saya belum menemukan makna natal itu. apakah itu tentang pengharapan, perjuangan, atau rasa syukur saya masih belum tau
Tapi itu memang cara Tuhan menyiapkan hati saya biar nggak nangis lagi menghadapi sukacita natal tahun ini.

Pemazmur juga mengingatkan kita bahwa “[Tuhan] menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka” (Mazmur 147:3).


So, buat teman-teman seiman saya, entah dimanapun kalian berada. Yang mungkin merasakan kesedihan, kedukaan dan kekecewaan yang sama seperti yang saya rasakan saat ini, percayalah, Tuhan tahu kok sakit yang kita rasakan lebih dari siapapun.
Mungkin, Tuhan emang sengaja bikin kondisi kita demikian “mengenaskan” dan jauh dari kehangatan Natal yang terbayang sebagai kesempatan untuk datang dan berada di dalam hadirat Allah serta mengakui dukacita, keputusasaan, dan kesepian kita itu, lalu menyerahkannya kepada Allah. 

Natal tanpa keluarga? Jangan sedih lama-lama, karena Natal pada dasarnya adalah bagaimana hati menerima pesan damai dari Natal itu sendiri untuk kemudian siap membagikannya kepada sekeliling.
Apa yang Anda bayangkan dengan pengamen yang kedinginan demi mencari sesuap nasi (atau sepotong roti) di malam Natal? Rasanya mungkin tidak jauh beda ketika merayakan Natal sendirian, bahkan, rasanya bisa lebih tidak menyenangkan. Ya, takaran kebahagiaan setiap orang memang berbeda.

Jika Anda merasa sedih pada menyambut Natal tahun ini, ingatlah: Yesus datang untuk menyelamatkan kita, menolong kita, dan menyembuhkan kita. Oke.

Tidak lupa juga tidak mau mengucapkan selamat natal buat semuanya, semoga damai dan kasih natal bisa terus ada dalam diri kita semua.

Selamat Natal, ma
Tahun ini saya tidak Pulang


MERRY CHRISTMAS AND HAPPY NEW YEAR, GOD BLESS YOU